Partinah, Warga Kota, dan Kesetiakawanan Sosial 25 September 2014

Partinah (60) adalah salah satu warga penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yang layak mendapatkan perhatian. Walaupun tergolong manula, Partinah menolak hidup dari belas kasihan orang lain dengan cara meminta-minta. Tanpa rumah dan hidup sebatang kara di Jakarta, dia memilih berjualan makanan di seputaran Terminal Blok M, Jakarta Selatan, guna menyambung hidup. Untuk istirahat malam, Partinah tidur di emperan toko di kawasan Melawai.

Namun, usia tidak dapat membohongi ketangguhan fisik perempuan asal Solo itu. Tidur di emperan toko dan berbagai situasi yang tak ramah bagi fisik manula di jalanan membuatnya jatuh sakit. Tanpa keluarga dan rumah, Partinah hanya mampu berbaring beralaskan kardus di emperan. Seorang warga yang melihat kondisi tersebut lantas menggunakan saluran Call Center 164 yang dimiliki Pemprov DKI untuk meminta bantuan pemerintah. Satuan Tugas Pelayanan, Pengawasan, dan Pengendalian Sosial (Satgas P3S) yang siaga 24 jam pun langsung diterjunkan ke lokasi untuk memberikan bantuan. Partinah dibawah ke RS Fatmawati, Jaksel untuk mendapatkan penanganan medis. Setelah sembuh nanti Partinah akan dibawa ke salah satu dari lima Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) yang dikelola Pemprov DKI.

Ada pembelanjaran penting dari peristiwa di atas. Pertama, PMKS tidak selamanya merupakan penyakit sosial kemasyarakatan. Pribadi seperti Partinah termasuk warga yang dipaksa kondisi sosial-ekonomi tertentu untuk hidup di jalan. Kondisi tersebut tidak membuatnya dia berharap pada luluhnya hati sesama untuk mengulurkan tangan sebagaimana ratusan PMKS muda dan berusia produktif lain di Jakarta. Partinah, dalam bahasa Kepala Dinas Sosial DKI Masrokhan, adalah gambaran kelompok yang termajinalkan yang tetap berjuang dengan capital tangan dan kaki mereka untuk bertahan hidup. Merekalah orang-orang yang seharusnya mendapat perhatian negara dan masyarakat lainnya.

Kedua, pemerintah DKI telah menunjukkan keseriusan dalam penanganan masalah-masalah sosial, termasuk problem PMKS. Untuk itu, berbagai infrastruktur jaring pengamanan sosial telah disediakan. PSTW, Satgas P3S, patroli rutin hingga call center dank anal aduan publik di setiap situs instansi adalah sebagian dari bukti komitmen pemerintah di bawah Jokowi-Basuki untuk menjabarkan tugas pelayanan dan misi menjadikan Jakarta sebagai kota yang aman, nyaman, tertib, dan bersih. Meski demikian, tetap saja pemerintah tidak dapat menjangkau setiap problem kecil yang ada di masyarakat, sebagamana yang terlihat pada kasus Partinah. Menurut Masrokhan, peran partisipatif masyarakat sangat penting dalam mendukung program pemerintah mengatasi masalah-masalah sosial.

Ketiga, Kepedulian sosial warga adalah bentuk solidaritas atau kesetiakawanan yang paling dibutuhkan dalam kebersamaan. Bentuk yang lazim diperlihatkan oleh warga Jakarta adalah dengan menyodorkan recehan pendapatan mereka kepada pengemis atau pengamen ditemui di jalan-jalan Ibukota atau di rumah makan dan tempat umum lain. Beberapa fakta tentang pengemis kaya dan adanya sindikat penyaluran PMKS seharusnya menyadarkan masyarakat untuk menyalurkan kebaikannya melalui cara yang lebih tepat. Pemerintah telah membuat jarring-jaring pengamanan sosial. Tugas masyarakat adalah menjadi rekan pemerintah agar para PMKS mendapatkan penanganan pemerintah, agar mereka bisa diberdayakan dengan diberikan pelatihan dan kerja, bukan dengan memanjakan mereka dengan menyajikan santapan siap saji.

Uluran tangan tanpa sebab yang jelas justru akan meninabobokan warga dengan daya juang yang minim, meningkatkan urbanisasi warga dengan skill dan pendidikan terbatas, serta memperkaya sindikat penyuplai PMKS. Kesenjangan sosial dengan berbagai eksesnya, termasuk dengan kehadiran warga-warga PMKS adalah sesuatu yang pasti terjadi di perkotaan. Langkah sebagaimana dilakukan warga yang melaporkan Partinah melalui Call Center adalah salah satu cara yang tepat. Kesetiakawanan sosial akan lebih membawa manfaat dalam tataran masalah sosial jika berwajah pemberdayaan atau penangan yang komprehensif. Peran aktif masyarakat itu bisa disinergikan dengan fungsi pelayanan pemerintah yang telah terbentuk. Dengan cara itulah, meminjam bahasa Masrokhan, kita bisa memanusiakan manusia. Selanjutnya, kita bisa berharap Jakarta maupun kota-kota lainnya bisa menjadi kota yang aman, nyaman, dan bersih bagi semua warga.
Kamis 25 September 2014, SIPerubahan
Suara Indonesia Untuk Perubahan
imanuel more
Morenotes02 – Truly Liverpudlian – YNWA 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *